Sukses

Jurgen Klopp Pesimistis Liverpool Main di Liga Champions Musim Depan

Menyusul kekalahan atas Real Madrid, manajer Liverpool Jurgen Klopp menunjukkan sikap pesimis akan kemampuan timnya untuk finis di zona Liga Champions pada akhir musim ini.

Liputan6.com, Jakarta - Liverpool sudah dipastikan tidak dapat meneruskan perjuangannya untuk meraih gelar juara Liga Champions musim ini. Mereka takluk dari Real Madrid dengan skor 0-1 (agregat 2-6) pada babak 16 besar di Santiago Bernabeu, Kamis (16/3/2023) dini hari.

Menyusul kekalahan tersebut, manajer Liverpool Jurgen Klopp menunjukkan sikap pesimistis akan kemampuan timnya untuk finis di zona Liga Champions pada akhir musim ini.

“Ini (Liga Champions) adalah kompetisi yang ingin kami ikuti setiap tahunnya dan untuk dapat mengikutinya tahun depan terlihat seperti tugas yang sangat besar bagi kami,” ujar Klopp ketika diwawancarai usai pertandingan.

Lebih lanjut, eks manajer Borussia Dortmund tersebut mengungkapkan pertandingan usai jeda internasional yang akan berlangsung mulai dari 20 hingga 28 Maret akan sangat menentukan nasib Liverpool terkait dengan keikutsertaan mereka di kompetisi paling bergengsi di Eropa itu.

“Ketika kami kembali dari jeda internasional, kami akan menjalani pekan yang cukup berat dengan tiga pertandingan melawan (Manchester) City, Chelsea, Arsenal, yang mungkin akan menentukan posisi akhir kami. Minggu itu cukup menentukan,” ungkap pria berusia 55 tahun tersebut.

Mohamed Salah dan kawan-kawan harus angkat kaki dari pentas Eropa usai dipermalukan Real Madrid. Menyusul kekalahan besar 2-5 di Anfield, mereka kembali menyerah di Bernabeu akibat gol Karim Benzema.

 
2 dari 5 halaman

Berkarat

Tak dapat dipungkiri, performa Liverpool sepanjang musim 2022/2023 berjalan memang tidak sebagus musim-musim sebelumnya. Terlepas dari kemenangan besar 7-0 atas Manchester United beberapa waktu lalu, The Reds terlihat sangat inkonsisten dari laga ke laga. Musim ini mereka hampir pasti tidak akan memperoleh satu pun trofi, kecuali ada keajaiban besar yang membuat mereka tiba-tiba menjadi juara Liga Premier.

Ada anggapan yang menilai akar dari permasalahan Liverpool di musim ini adalah mengenai regenerasi pemain. Ambil contoh trio penyerang yang membantu membawa The Reds ke tiga final Liga Champions dalam lima musim terakhir sekarang sudah berpisah jalan. Sadio Mane pergi ke Bayern Munchen musim panas tahun lalu dan Roberto Firmino sudah dipastikan akan hengkang akhir musim ini. Menyisakan Mohamed Salah yang saat ini juga mulai memasuki usia senja di karir sepak bolanya.

Ditambah dengan kapten mereka, Jordan Henderson akan berusia 33 tahun akhir musim ini serta James Milner yang tampil jadi starter dalam laga kontra Real Madrid telah menginjak usia 37 tahun.

3 dari 5 halaman

Terlalu Setia

Menanggapi masalah regenerasi di dalam skuad Jurgen Klopp tersebut, mantan gelandang Skotlandia Charlie Adam menilai pelatih asal Jerman itu terlalu setia dengan pemain. Sehingga dia enggan menggantikan muka-muka lama dengan kaki-kaki yang lebih segar.

“Saya rasa Jurgen Klopp terlalu loyal dengan para pemainnya selama ini. Apalagi jika anda membandingkannya dengan apa yang dilakukan Pep Guardiola terhadap pemain seperti Joao Cancelo di Manchester City,” tutur Adam dalam BBC Radio 5 Live.

4 dari 5 halaman

Akhir Sebuah Era?

Serupa dengan pandangan Charlie Adam, mantan bek Manchester United Rio Ferdinand merasa era kejayaan Liverpool di bawah arahan Jurgen Klopp mulai berakhir.

“Dalam beberapa bursa transfer terakhir, mereka tidak mendatangkan pemain yang dapat mengubah starting eleven. Orang-orang mempertanyakan apakah siklus ini sudah berakhir? Bagaimana mereka bertahan di level ini? Apakah Liverpool akan kembali hanya membeli pengisi skuad seperti yang selama ini dilakukan?” ucap Ferdinand.

5 dari 5 halaman

Tidak Sepenuhnya Buruk

Sementara itu, mantan striker Liverpool, Michael Owen menganggap apa yang dimiliki Liverpool saat ini tidak sepenuhnya malapetaka. Owen menilai The Reds memiliki satu keunggulan besar, yaitu keserasian sebagai grup.

“Kekuatan Liverpool adalah mereka memiliki pemain yang telah bertempur dan menang bersama. Butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun itu. Mengapa semua orang membicarakan mengenai pembaruan?” ungkap Owen ketika berbicara di BT Sport.